Senin, 22 Desember 2008


Aku setuju akan ajakan Rheni untuk naik sepeda sebagai salah satu solusi pemanasan global. Tentu saja dipikirkan untuk jarak yang dekat atau tidak terlalu jauh. Serta di jalanan yang aman bagi para pengendara sepeda. Sayangnya di Indonesia belum ada jalur khusus untuk para pengendara sepeda. Padahal di negara maju ada jalur khusus untuk para pengendara sepeda. Dan juga ada aturan setiap pengendara sepeda harus pakai helm khusus untuk alasan keselamatan.
Waktu aku duduk di SMP dulu (tahun 1970 an), maka naik sepeda ke sekolah adalah sebuah pilihan yang menarik dan menyenangkan. Kalau tidak naik sepeda maka aku harus naik becak dan bayarnya mahal. Akibatnya uang jajanku tersunat untuk membayar becak. Naik becak juga menarik, tapi harus banyak akal. Biasanya kalau naik becak, aku akan mengajak bersama beberapa teman dan pangku-pangkuan agar setiap anak bayarnya murah.....



Tapi bersepeda ke sekolah punya seni tersendiri. Aku mempunyai kelompok tersendiri (jamanku belum ada istilah 'geng'). Kebetulan kelompokku di kelas punya prestasi yang bagus semuanya. Jadi sangatlah bangga bisa pulang bersama-sama dalam kelompok yang kebanyakannya dapat rangking 10 besar. Jalan raya masih sepi, sehingga naik sepeda bareng bisa berentengan tiga-tiga orang sekaligus, sambil cerita yang lucu dan tertawa hahaha...hihihi.... bareng-bareng. Sehngga tak terasa kami masing-masing sampai di rumah tanpa merasa capai. Kebetulan rumahku yang paling ujung, jadi paling akhir sampai di rumah. Kira-kira sekitar 3 km jarak dari rmah ke sekolah. Tetapi karena naik sepeda bareng-bareng teman, jadi rasa lelahpun teralihkan. Sehingga aku bisa irit dan uang saku tidak berkurang. Oh ya, jamanku naik sepeda 'jengki' buatan China atau Jepag terasa mewah, lho. Apalagi sepeda merek Raleigh yang tinggi dangagah serta berbunyi tik, ketik, ketik, tik, ketik..... karena ada persnelingnya (hahaha..., aku sering pinjam sepeda Raleighnya papaku supaya kelihatan lebih tinggi dan gengsinya itu lho pake sepeda bermerek dan buatan Eropa......).



Di SMA, cerita sudah beda lagi. Karena sekolaku dekat dengan rumah, maka aku jalan kaki saja. Kalau hujan berulah naik becak. Waktu kuliah, sudah jarang teman yang mau naik sepeda. Kebetulan kostku dekat kampus, jadi jalan kaki saja ke kampus. Kalau mau pergi jauh naik angkot, karena aku tidak diperbolehkan naik sepeda motor sama ortu. Kadang kangen juga mau naik sepeda, tapi kok waktu kuliah merasa gengsi, ya.....Juga tidak ada teman-teman yang mau bareng naik sepeda.



Naik sepeda jaman kini malahan menjadi tren yang ekslusif. Banyak orang naik sepeda merek mahal untuk berolah raga. Ada juga segelintir orang yang mau bersepeda ke tempat kerja. Kita patut acungi jempol kepada mereka. Sebenarnya, kalau tempat kerja dekat, kenapa tidak naik sepeda saja? Atau selang-seling kadang bersepeda, kadang jalan kaki, kadang naik motor, kadang naik mobil? Sehingga hidup penuh variasi dan tidak monoton. Kalau di daerah polusi, kan bisa pakai masker pelindung debu dan polusi? (EmmyLD/emmyldewigmail.com)


Tidak ada komentar: